07 Juni 2008

Daging Kambing

Daging Kambing dan Pemanfaataanya

Daging kambing yang bagus untuk konsumsi adalah yang memiliki aroma khas. Daging ini dibedakan berdasarkan bagian-bagian karkasnya, yaitu pundak/bahu (soulder), pinggang (loin), paha (leg), dada (breast), dan sengkel (fore shank)
Sengkel biasa dimasak menjadi masakan khas berupa kikil, sup kaki kambing. Lemaknya sangat sedikit dan mudah dibuang.
Daging pinggang sangat lunak dan empuk, kandungan lemak relatif sedikit, merupakan daging yang paling bagus. Cara memasak direbus, dipanggang atau digoreng, dengan waktu singkat. Daging ini cocok sekali untuk sup, steak, dan sate.
Daging dada/iga, diambil dari rusuk yang ditempeli banyak lemak (bisa 50%). cara memasaknya butuh waktu relatif singkat. Cocok untuk dibakar, steak, sup, iga bakar, dan sate.
Daging bahu, kandungan lemaknya hampir 40%. Daging ini cukup alot maka butuh waktu masak yang cukup lama. Cocok untuk gulai, dan digoreng
Daging paha (sampil). Daging paha cukup alot. Tendon daging ini lemaknya sekitar 30%. Merebus adalah cara yang tepat untuk membuat masakan pada daging ini. Misalnya gulai dan sup.

Selamat mencoba.

10 April 2008

Kambing n Domba "Sold"

Penjualan Bulan ini

Ini adalah profil penjualan kambing kami yang telah terjual berserta harga:






31 Maret 2008

Memilih Sekolah

BALANCES FULL DAY SCHOOL
Oleh: Eko Priyono


Keberadaan sekolah full day school kian menjamur di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya dan kota besar lain. Sistem ini sangat menguntungkan bagi orang tua, terutama bagi pasangan suami istri yang aktif atau sibuk bekerja. Orang tua tidak perlu merasa cemas selama bekerja, karena selama bekerja anak dalam pengawasan dari pihak yang dapat diandalkan. Di pihak anak, mereka tidak akan merasa bosan, sedih dan kesepian yang menunggu orang tuanya pulang kerja, karena mereka dapat menghabiskan waktunya seharian di sekolah dengan kegiatan bermanfaat bersama guru dan teman-temannya. Mereka dapat bermain dengan berbagai mainan dengan fasilitas yang banyak dan beraneka. Padahal kita ketahui bahwa banyak kasus kenakalan anak dan remaja karena salah pergaulan, baik kebiasaan aktivitas di dalam dan di luar rumah atau pengaruh dari berbagai media.

Namun kadangkala program ini juga menjadi kendala bagi sebagian besar orang tua yang akan memilihnya. Kebimbangan ini muncul dari sebagian orang tua yang kebetulan mempunyai waktu longgar untuk bersama sang buah hati. Mereka menganggap full day school justru menyengsarakan anak. Anak harus berangkat pagi pulang sore, mereka siang tidak bisa tidur, bagaimana pola makannya, bagaimana bermain, dan masih banyak kebimbangan lain. Keresahan lain dari orang tua adalah anak yang sekolah di full day school kurang sosialisasi, temannya hanya itu-itu saja, sehingga anak jadi jemu, tidak bisa membaur dengan anak-anak sekitar dan merasa ekslusif.

Kesalahan besar yang beredar bahwa full day school hanya dinilai dari jam belajarnya saja, yakni mulai pagi hingga sore hari atau sekolah keseharian. Tetapi perubahan sikap sehari-hari anak yang ditinggal orang tuanya bekerja belum terpikirkan. Sementara itu anak sangat membutuhkan figur seorang bapak atau ibu yang bisa dijadikan teladan. Pada sekolah yang menerapkan full day school hal ini terpenuhi, oleh seorang figure guru sebagai seorang pendidik, orang tua, teman bermain, bukan hanya sekedar pengajar. Jadi program ini bukan sekedar jam yang banyak tetapi muatan-muatan lain yang tinggi. Bahkan anak yang sekolah di full day school mendapatkan tiga keuntungan sekaligus, yakni keuntungan dari segi akademis, social dan motivasi (perilaku). Banyak sekolah yang menawarkan program cukup bagus, misalnya mengajarkan anak jiwa enterpreneur dan leadership. Akan tetapi jika mereka tidak full day, akhirnya program itu kurang maksimal, karena sebatas mengisi atau memenuhi jam atau mungkin hanya mengikuti “trend”. Sementara di sekolah full day program-program seperti diatas memang menjadi target, dan diplikasikan secara langsung.

Menurut Elicker dan Marthur (1997) anak yang sekolah full day school memiliki kesiapan belajar yang lebih tinggi daripada anak-anak yang sekolah setengah hari. Hal ini didukung studi Hough dan Bryde (1996) bahwa dari 511 anak yang bersekolah full day school menemukan bahwa mereka menghasilkan nilai yang lebih tinggi pada tiap-tiap aitem tes-tes prestasi. Sedangkan dari segi sosial, Clark dan Kirk (2000) menemukan anak-anak yang bersekolah full day school lebih mudah bergabung dan bersosialisasi dengan teman sebayanya dan memiliki keterampilan sosial (social skills) yang lebih baik. Para ahli mengungkapkan bahwa anak yang bersekolah full day school lebih mandiri, mengalami kecemasan yang rendah, lebih berani untuk mendekati (berbicara) dengan guru, lebih jarang tidak masuk sekolah dan lebih survive dalam menghadapi tantangan dimasa yang akan datang. Clark dan Kirk (2000) menambahkan bahwa anak-anak yang bersekolah di full day school secara perilaku dan motivasi mereka lebih positif dan produktif.

Sementara itu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang dicanangkan oleh pemerintah menganjurkan pengembangan model sekolah dibebaskan sesuai dengan visi dan misi masing-masing sekolah yang mungkin tidak sama antara sekolah satu dengan lainnya. Dengan kata lain pengembangan kurikulum, perangkat pembelajaran, dan kurikulum muatan lokal (mulok) tentunya disesusikan pada masing-masing sekolah. Ironisnya yang terjadi di lapangan justru guru-guru berkumpul untuk membuat perangkat pembelajaran secara bersama-sama, yang tidak disesuaikan dengan kondisi sekolah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Maka tidaklah salah kiranya program sekolah full day school mempunyai kurikulum “plus” dengan perangkat yang berbeda dengan sekolah lain.

Jadi sekolah full day school sebenarnya memiliki kurikulum inti yang sama dengan sekolah umumnya, namun mempunyai kurikum lokal seperti leadership, Green Education, Teknologi informatika, mengaji dan lain-lain. Dengan demikian kondisi anak didik lebih matang dari segi materi akademik dan non akademik. Dengan berbagai strategi yang dikembangkan oleh sekolah full day school, peserta didik lebih rileks, tidak terburu-buru dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan memberikan pengalaman yang bervariasi. Sedangkan guru dapat memberikan kesempatan untuk mengukur dan mengobservasi perkembangan anak secara leluasa, dan terbinanya kualitas interaksi antara figur guru dan murid secara lebih baik, sehingga tidak akan muncul murid takut dengan guru, bahkan figur guru benar-benar seseorang yang dapat digugu dan ditiru. Ok bagi orang tua yang akan memilih sekolah bagi buah hatinya semoga tulisan ini bermanfaat. Amin.

03 Maret 2008

Rabo Wekasan

Nama "Rabo Wekasan" mungkin tidak asing lagi pada sebagian umat Islam. Bahkan pada komunitas tertentu dilakukan ritual yang cukup unik dan panjang-lebar. Misalnya di situs Sunan Giri-Gresik. Acara Rabo Wekasan "diperingati" cukup besar dengan pembacaan Yaasin-tahlil dan dilanjutkan dengan kondangan.
Rabo Wekasan adalah hari Rabo terakhir pada Bulan Sofar tahun Hijriah. Konon pada hari itulah Allah menurunkan segala penyakit dan balak.
kita umat islam disunnahkan untuk puasa dan malamnya membaca Yaasin 3 kali, supaya dipanjangkan umur, dilapangkan rezeki dan dibebaskan dari balak. Semoga keterangan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membutuhkan.
Amin.

15 Februari 2008

Penawaran modal kerjasama

Kepada Yth.
Para Donatur

Nama program ini : Kerjasama mengentas kemiskinan
akan dilaksanakan bekerjasa dengan kaum duafa sebagai pelaksana pemelihara kambing dengan pembinaan dan pengawasan staff ahli gudang kambing.
sistem bagi hasil untuk pelihara bakalan 50%
dan sistem indukan bagi anak

Info lengkap :
e-mail: xoneeawank@gmail.com
031-72321706
OK

selamat bergabung

14 Februari 2008

Tabir

SEDEKAH
Durratun Nashihin


Harta sedekah dan barang sedekah
Apabila sudah keluar dari tangan pemiliknya
Ia akan berkata-kata:

Dulu aku kecil, kini engkau besarkan
Dulu engkau pelindungku, kini aku pelindungmu
Dulu aku musuh, kini engkau mencintaiku
Dulu aku fana, kini engkau mengekalkan aku
Dulu aku sedikit, kini engkau melipatgandakan aku

Tajuk Orang Tua



Kesuksesan Anak = Keberhasilan Orang Tua
oleh: Eko Priyono

Sore itu ada seorang lelaki tua duduk termenung dengan tatapan mata kosong. Pak Ali namanya. Ia bingung memikirkan, akan dimana kemana pendidikan anak-anaknya. Usianya sudah setengah baya, tetapi anak-anaknya masih kecil. Maklumlah setelah menikah tidak segera diberi amanat berupa anak oleh Allah SWT. Ditengah kebingungan itu, datanglah seorang lelaki tua bersurban dan berkopyah putih. “Assalamu’alaikum Pak Ali”. Kata Wak Haji Hamid. “Wa’alaikumsalam”. Terjadilah perbincangan yang cukup panjang. Hingga basa-basi itu diakhiri dengan pertanyaan Haji Hamid “Apa yang kau inginkan dengan anak-anakmu? ”Aku hanya ingin anak-anaku sholeh, pandai, dan kaya”. Haji Hamidpun terdiam dan bola matanya berbinar. Sesaat kemudian, Haji Hamid membisiki telinga Pak Ali, dan lelaki setengah baya itu mendengarkan dan hanya mengangguk-angguk. Hingga setiap hari ia mendatangi Haji Hamid untuk selalu berkonsultasi dan mendengarkan bisikan tentang pendidikan dan perkembangan anak-anaknya. Setelah 20 tahun berlalu lelaki setengah baya telah berubah menjadi Haji Ali yang tua, tetapi raut wajahnya bersinar. Ia memetik buah dari benih yang ditanam. Beliau dihormati di masyarakat, anak-anaknya menjadi anak yang sholeh, pandai dan kaya. Hingga ia ditanya oleh masyarakat apa tips yang dipakai untuk mendidik anak-anaknya. Namun hanya senyum simpul yang menjadi jawaban, tak pernah satu katapun terucap untuk menjawab setiap pertanyaan yang dilontarkan masyarakat.
Sepenggal cerita di atas memberikan ilustrasi kepada kita tentang gambaran kesuksesan orang tua dalam mendidik anak. Setiap orang tua pasti akan senang tatkala anaknya tumbuh sehat, pintar, cerdas, pandai, dan berhasil dalam pekerjaan. Tentunya yang tak kalah pentingnya ia juga sholeh dan sholehah.
Anak bagaikan sebuah kertas putih kosong yang steril dari apapun. Kertas itu siap untuk ditulisi dengan bahan apa saja. Tentu saja orang tuanya yang lebih tahu, tulisan apa yang akan dogoreskan, bahan apa yang kan dipakai, ataupun dibiarkan berserakan tertutup oleh debu jalanan.

Sifat dasar anak adalah bermain
Dunia anak adalah dunia bermain. Tak salah jika sebagian besar harinya dihabiskan dengan bermain. Orang tua yang lebih berperan untuk mengarahkan. Mainan apa yang cocok dengan anak, sehingga memory jangka panjang anak terisi dengan hal-hal positif. Jangan melarang anak dengan alasan yang tidak tentu. Hal ini yang mengajarkan ke anak sebuah kebohongan. Jadilah orang tua sebagai pendengar dan teman bermain anak yang baik. Jangan sekali-kali bosan mendengarkan cerita dan menjawab pertanyaan anak, karena hal inilah memory anak mengkonstruksi pengetahuannya. Proses belajar anak adalah sebagai berikut:
Melihat, mendengar, mencium, merasa, meraba – mengingat – menyebutkan
Melihat, mendengar, mencium, merasa, meraba – mengingat – melakukan
Menceritakan kembali dari apa yang pernah dilihatnya, didengar, diraba, dirasa dan dicium serta melakukan tindakan lanjutan merupakan ungkapan dari memory jangka panjang anak. Hal inilah proses belajar anak yang paling banyak ditemui melalui permainan.

Nyatakan cinta dengan hadiah
Hadiah, sekecil apapun nilainya tetap menyenangkan. Apalagi diberikan pada momen-momen yang tepat. Hadiah bisa berupa benda atau selain benda. Benda yang diberikan sebagai hadiah hendaknya yang bermanfaat dan disenangi, terutama diberikan kepada anak yang berprestasi. Berikan motivasi kepada anak yang belum berprestasi, agar berpacu lebih baik lagi. Kadang kita tidak pernah berpikir betapa secara materi tidak ada nilainya, tetapi apabila hadiah itu diberikan dengan ketulusan hati dan kasih sayang, maka perasaan itu akan dapat diterima dengan baik lebih dari sekedar nilai materinya.
Tatkala orang tua pulang dari bepergian jauh yang memakan waktu sampai beberapa hari, maka hadiah yang dibawa untuk anak-anak akan sangat menyenangkan dan mampu melepaskan rasa rindu. Berikan perhatian kepada anak kita dengan SMS atau telepon. Beberapa perhatian kecil seperti sudah makan, minum susu, belajar dan lain sebagainya. Dengan demikian hadiah inilah yang merupakan ungkapan sebuah cinta.

Jadikan nakal anak sebagai sebuah predikat
Nakal adalah predikat yang tidak diinginkan oleh orang tua, bahkan oleh anak tiu sendiri. Namun pergaulan yang memberikan predikat bahwa kamu anak nakal, kamu anak kurang ajar, kamu anak susah diatur, dan sebagainya. Akibatnya, anak merasa divonis. Jika tuduhan diberikan berulang-ulang, bahkan sampai menjadi bahan tertawaan atau cemoohan dan ejekan, akan sangat menggores relung hati anak. Hatinya terluka. Maka anak akan mengalami disonant kognitif, yang akan berusaha melawan tuduhan itu. Akibatnya tindakan melawan itu menambah kenakalannya.
Hendaknya jangan memberikan predikat “nakal” pada anak. Setiap kesalahan pada anak tidak identik dengan nakal. Harusnya kesalahan anak disikapi dengan bijak dan penuh kasih sayang. Namanya anak itu masih kecil. Apapun kesalahan pasti ada penyebabnya. Mungkin justru orang tua yang tidak merasa bersalah. Sehingga kadang kita mendengar atau melihat sendiri terjadi kekerasan pada anak-anak, cacat, dan bahkan terenggutnya nyawa anak oleh orang tuanya sendiri.
Dibawah ini ada ungkapan bijak Dorothy Law Nolte dalam syair Children Learn What They: bila anak dikrtitik dan dikasari, maka ia belajar mengumpat dan berkelahi, tetapi kalau bila anak mendapatkan haknya, maka ia belajar adil, dan bila anak merasa aman dan idenya diterima, maka ia belajar percaya dan menemukan kasih sayang.

Belajar sukses dari alam
Ilmu tidak hanya didapatkan dari bangku sekolah. Allah menciptakan makhluknya dengan segala manfaatnya. Kita lihat contoh induk ayam yang membesarkan anaknya. Berawal dari ia bertelur dengan membuat sangkar yang hangat, lalu mengerami. Agar suhu terjaga maka ia harus berpuasa sampai 21 hari lamanya. Setelah menetas induk ayam mengajari anak-anaknya untuk mencari makanan. Kalau ia dapat makanan tidak dimakan sendiri, tapi dipanggilkan anaknya, kalau makanan itu besar maka induk memecahkan sampai ukuran kecil dan diberikan anaknya. Ketika cuaca dingin anak-anak ayam itu masuk disela-sela sayapnya agar hangat. Ketika anaknya mulai tumbuh besar diajari untuk bertarung, dan yang jantan disuruh berkokok untuk membangunkan seluruh alam agar bangun 1/3 malam terakhir dan melakukan sholat. Induk ayam itu tidak segera mau menerima pinangan penjantan sebelum anaknya siap dilepas. Masa-masa menyapih itu dilakukan ketika dirasa oleh induk anaknya sudah siap.
Kisah tersebut memberikan teladan bahwa induk ayam mampu mendidik anaknya untuk mandiri. Nilai-nilai kasih sayang, kerjasama, jiwa memimpin, mencari rejeki dan berbagi dengan saudara, dan lain sebagainya ada dalam filosofi induk ayam. Tentunya masih banyak kisah-kisah yang ada di alam semesta ini.
Sejak dini ajari anak untuk mencari rejeki dengan cara berjualan, atau dengan imbalan jasa. Bawakan barang dagangan untuk menawarkan kepada teman sebayanya dan untungnya biar dipegang oleh anak. Sebagian untung dipakai beli mainan atau jajan, dan sebagian dipakai modal sendiri. Ajaklah anak untuk berdiskusi, kira-kira barang apa yang akan dijual kemudian dan bagaimana cara membuat estimasi laba-rugi. Jangan lupa setelah satu tahap terselesaikan, maka arahkan anak untuk membuat cacatan refleksi diri dan membuat agenda yang akan dilakukan selanjutnya. Dengan demikian secara tidak langsung kita telah mengajari mereka untuk survival yang sukses akhlaqnya, sukses intelektualnya dan sukses kekayaannya.(xo dari berbagai sumber).
Bersambung

Aqiqah-Tasyakuran






Kompetensi Manusia

12 Februari 2008

Dokumentasi


Contoh domba harga Rp.400.000


domba


pejantan unggul kambing kacang


kambing kacang di kandang